Kesuburan Tanah dan Pemupukkan
UNSUR HARA DAN SIKLUSNYA
BAB
1. PENDAHULUAN
Pertanian
merupakan salah satu sektor andalan bagi bangsa Indonesia, karena Indonesia
merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alamnya dan sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian dan menggeluti bidang pertanian. Jadi,
keberhasilan pertanian akan menentukan kondisi bangsa Indonesia dan
kesejahteraan petani. Keinginan yang pasti ingin diwujudkan bagi setiap petani
tentunya dapat menghasilkan produktivitas yang maksimal dengan kualitas tanaman
yang terbaik. Sedangan faktor- faktor yang turut menentukan daya hasil
potensial tanaman diantaranya yaitu, faktor iklim (hujan, suhu, cahaya, angin,
lokasi, adar CO2, dan kelembaban relatif), faktor tanaman (wktu
tanam, kualitas benih, air, hara tanaman, hama dan penyakit,dll) dan faktor
tanah (bahan organik, struktur dan tekstur, KTK, kejenuhan basa, solum,
pengelolaan, topografi, pengelolaan dan unsur hara). Menurut Foth dan Tunk
(1972), produktivitas tanaman yang optimal dapat dicapai salah satunya dengan
manajemen pengelolaan tanah yang baik terkait dengan faktor-faktor
produktivitas tanah, dengan demikian faktor kesuburan tanah turut menentukan
produktivitas, karena tanah yang produktif haruslah tanah yang subur dimana
tanah mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang dibutuhkan tanaman dalam
bentuk senyawa/ ion yang dapat digunakan tanaman dan sesuai dengan pertumbuhan
tanaman tertentu. Unsur hara dalam hal ini memiliki peranan yang penting yaitu
unsur hara.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1 Unsur Hara
Menurut Hanafiah (2012),
unsur hara dikatakan essensial apabila unsur tersebut terlibat langsung dalam
penyediaan nutrisi dan diperlukan tanaman dengan peranan yang tidak dapat
digantikan, unsur tersebut melengkapi siklus hidupnya dan tanaman akan
mengalami defisiensi apabila unsur tersebut tidak ada. unsur hara dikelompokkan
ke dalam 2 kelompok besar yaitu unsur hara essensial dan unsur hara non
essensial. Unsur hara essensial terdiri dari 16 unsur dibagi menjadi 2 kelompok
lagi yaitu unsur hara makro (9 unsur) dan unsur hara mikro (7 unsur). Dikatakan
sebagai unsur hara makro dan mikro, hal ini terkait dengan kebutuhan (jumlah
atau kuantitas) yang diperlukan tanaman. Unsur hara makro merupakan unsur hara
yang diperlukan tanaman dalam kapasitas yang lebih banyak daripada unsur hara
mikro. Unsur hara makro diperlukan dalam kapasitas ≥ 1000µg g-1
berat kering tanaman, dan unsur hara mikro diperlukan hanya ≤100 µg g-1
(Winarso, 2005).
Unsur hara essensial
terdiri dari unsur hara non mineral yang terdiri dari karbon (C), hidrogen (H) dan
oksigen (O) dan unsur hara mineral. Unsur hara mineral terdiri dari unsur hara makro
primer (nitrogen(N), fosfor(P), kalium(K)), unsur hara makro sekunder
(kalsium(Ca), magnesium(Mg), belerang(S)), dan unsur hara mikro (boron(B),
khlor(Cl), tembaga(Cu), besi(Fe), mangan(Mn), molibden(Mo), seng(Zn)). Selain
unsur hara essensial terdapat pula unsur hara yang dikatakan sebagai unsur hara
penunjang atau beneficial atau non
essensial. Unsur hara penunjang merupakan unsur hara yang juga memiliki peran
dalam mendukung atau menstimulir pertumbuhan tanaman namun tidak bersifat
essensial dan dapat menjadi unsur yang essensial bagi tanaman tertentu. Unsur
hara penunjang terdiri dari unsur natrium (Na), kobalt (Co), vanadium (V),
nikel (Ni), silikon (Si) dan aluminium (Al) (Jones, 1979).
2.2
Asal atau Sumber Unsur Hara
Menurut
Wijaya (2008), unsur hara yang terdapat di tanah dan unsur- unsur hara yang
diperlukan tanaman dapat diperoleh dari tanah dan tanah memiliki sumber- sumber
hara utama yang dapat diperoleh dari :
1.
Cadangan tanah termasuk dari bahan
organik
2.
Pupuk kandang
3.
Dekomposisi residu tanaman (akar,
jerami, dan sisa panen lainnya)
4.
Fiksasi N secara biologi
5.
Air irigasi dan udara
6.
Pupuk mineral.
2.2.1 Unsur Hara dari Cadangan Tanah
Umumnya
tanah kaya akan cadangan unsur hara, namun sebagian besar dari unsur hara
tersebut masih dalam bentuk yang belum tersedia untuk tanaman dan merupakan
bagian dari partikel mineral, terfiksasi oleh mineral lempung dan sebagian
masih terikan dalam senyawa organik dalam bahan organik. Unsur hara tersebut
kemudian akan mampu menjadi unsur hara yang siap diserap tanaman apabila
mengalami proses mineralisasi, proses reaksi kimia mineral- mineral organikdan
pelepasan partikel dari tanah. Setiap tanah dengan mineral hasil pelapukan dan bahan
organik memiliki kapasitas yang berbeda- beda yang dipengaruhi oleh jenis
tanah, bahan organik, iklim, mikrobia dan penggunaan dalam kultivasi.
2.2.2 Unsur Hara dari Pupuk Organik
2.2.2.1 Pupuk Kotoran Hewan
Pupuk
kotoran hewan dapat diperoleh dalam bentuk padatan, cairan ataupun campuran
dari keduanya.pupuk kandang memiliki kecenderungan tidak homogen dengan
andungan unsur hara yang berbeda- beda yang dipengaruhi oleh jenis hewan dan
makanannya, cara pengumpulannya dan lama penyimpanannya. Kandungan unsur hara
pada kotoran hewan bervariasi dan tidak pasti karena dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara yang mempengaruhi proses mineralisasi, sehingga pupuk organik
memiliki tingkat presisi yang rendah dalam mensuplai kebutuhan tanaman, namun
dapat berperan untuk memperbaiki struktur tanah dan kandungan bahan organik
tanah yang dapat membantu meningkatkan kondisi biologis tanah.
2.2.2.3 Pupuk Hijau dan Sisa Tanaman
Pupuk
hijau merupakan bahan yang berasal dari tumbuhan yang dapat langsung
diaplikasikan pada tanah dalam kondisi segar. Sisa tanaman dapat diambil dari
bagian tanaman yang sudah tidak digunakan seperti daun, jerami, kulit
polong,dsb.pupuk hijau dan sisa tanaman perlu melalui proses mineralisasi untuk
dapat menyediakan unsur hara yang diperlukan dan dapat diserap tanaman.
2.2.3 Fiksasi N secara Biologi
Atmosfer
memiliki kandungan nitrogen dalam kapasitas yang besar, namun tersedia dalam
bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan tanaman secara langsung (N2),
oleh sebab itu diperlukan bakteri tertentu yang dapat menambat N udara menjadi
amoniak (NH3). Organisme yang dapat memfiksasi N2 dalam
tanah dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok yang hidup dan bersimbiosis dengan
tanaman, kelompok yang hidup berasosiasi dengan tanaman, dan kelompok yang
dapat hidup bebas didalam tanah. Secara umum hasil fiksasi N menyumbang sekitar
140juta ton senyawa N yang setara dengan 78 ton pupuk N.
2.2.4 Deposit dari Udara
Udara
bagi tanah dan tanaman dapat menjadi pensuplai unsur N dan S. N diatmosfer akan
kembali ke tanah dalam bentuk NH3, NOx dan N2O, yang
emisinya dapat mencapai total 197 ton N/tahun. Emisi bentuk NH3 dan
Nox yang menguap akan kembali ke tanah akibat kondisi tertentu (pH tinggi dan
rendah serta tanah yang tergenang), selain itu dapat bersamaan dengan air hujan
atau dalam bentuk debu.
2.2.5 Pupuk Mineral
Penggunaan
pupuk mineral sering kali menjadi alternatif cepat bagi petani untuk mengatasi
kekurangan unsur hara yang tersedia bagi tanaman, selain itu pupuk mineral juga
memiliki kelebihan diantaranya mudah diaplikasikan dan mudah diangkut, dapat
diserap tanaman dengan cepat oleh tanaman, dosis dapat dihitung dengan tepat,
mampu memberikan hasil produksi yang meningkat dan banyak tersedia dipasaran.
2.3
Fungsi Unsur Hara
2.3.1 Fungsi Unsur Hara Makro
Unsur
|
Bentuk Ion
|
Peranan
|
C
|
CO2
|
Komponen
dasar molekul karbohidrat, protein, lipid dan asam nukleik.
|
H
|
H2O
|
Memiliki
fungsi sentral dalam proses metabolisme tanaman. Penting dalam keseimbangan
ion dan sebagai unsur pereduksi utama.
|
O
|
O2
|
Penyusun
senyawa- senyawa organik tanaman.
|
N
|
NH4+; NO3-
|
Komponen
penyusun banyak senyawa organik penting dalam tanaman (protein, enzim,
vitamin B complex, hormon dan klorofil).
|
P
|
H2PO2-;
HPO42-
|
Berperan
dalam transfer energi, metabolisme karbohidrat dan protein serta transport
karbohidrat di dalam sel daun.
|
K
|
K+
|
Sebagai
kofaktor dan aktivator enzim- enzim dalam metabolisme karbohidrat dan
protein, serta membantu mengatur tekanan osmotik dan keseimbangan ion di
dalam tanaman.
|
Ca
|
Ca2+
|
Menyusun
lamela tengah, menjaga kestabilan integritas membran dan terlibat dlaam
proses pembelahan sel.
|
Mg
|
Mg2+
|
Komponen
penyusun klorofil dan bertindak sebagai kofaktor pada banyak reaksi
enzimatik, mengatur pH sel tanaman dan menjadi unsur hara perantara pada
sintesis protein.
|
S
|
SO42-; SO2
|
Menyusun
protein, terlibat dalam masalah energi sel tanaman.
|
Sumber: Wijaya, 2008; Hanafiah, 2012.
2.3.2 Fungsi Unsur Hara Mikro
Unsur
|
Bentuk Ion
|
Peranan
|
B
|
BO3-; HBO3
|
Diperkirakan pentig dalam trannslokasi
gula, metabolisme karbohidrat, proses sintesis asam nukleat dan berfungsi
pada membran.
|
Fe
|
Fe2+
|
Komponen penyusun enzm yang mengandung
Fe, sebagai carrier, terlibat dalam
proses metabolisme seperti fiksasi N, fotosintesis dan transfer elektron.
|
Mn
|
Mn2+
|
Terlibat dalam sistem penyusunan O2
dalam proses fotosintesis dan sebagai komponen enzim arginase dan phosphotransferase.
|
Cu
|
Cu2+
|
Penyusun beberapa enzim diantaranya cytochrome oxidase, ascorbic acid oxidase,
dan laccase.
|
Zn
|
Zn2+
|
Aktivator enzim yang mengatur
bermacam- macam aktivitas metabolik. Berperan dalam pembentukan klorofil dan
pencegahan kerusakan molekul- molekulnya.
|
Mo
|
MoO42-
|
Diperlukan dalam proses asimilasi N
dalam tanaman, sebagai komponen essensial enzim nitrat reduktase dan
nitrogenase (enzim fiksasi N2).
|
Co
|
Co2+
|
Penting dalam sistem enzim nitrogenase
pda fiksasi N- simbiotik oleh Rhyzobium.
|
Cl
|
Cl-
|
Aktivator sistem produksi O2
pada fotosintesis dan dalam proses pembelahan sel.
|
Sumber: Wijaya, 2008; Hanafiah, 2012.
2.4
Efisiensi dan Pemupukan
Menurut Setyamidjaja
(2000), pemupukan merupakan pemberian unsur – unsur hara ke dalam tanah dalam
jumlah yang cukup, sesuai kebutuhan tanaman. pemupukan bertujuan untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi pada tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi
tanaman. Pemupukan yang dilakukan harus memperhatikan beberapa hal agar usaha
yang dilakukan berjalan efektif. Terdapat 5 tepat pada sistem pemupakan di
bidang pertanian yakni, tepat dosis, tepat jenis, tepat cara, tepat waktu dan
tepat tempat. Kelima tepat pemupukan tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan
dan efisiensi pemupukan.
1.
Tepat dosis, artinya dosis pupuk yang
diberikan pada tanaman jangan sampai berlebihan ataupun terlalu sedikit.
Apabila pupuk yang diberikan terlalu sedikit dari kebutuhan tanaman maka
tanaman akan mengalami defisiensi unsur hara dan gangguan fisiologis. Jika
pupuk yang diberikan pada tanaman terlalu banyak maka unsur hara tersebut dapat
menjadi racun bagi tanaman.
2.
Tepat jenis, pupuk yang diaplikasikan
pada tanaman harus sesuai antara jenis dan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Misalnya, pada tanaman padi membutuhkan unsur hara N, maka pupuk yang kita
berikan adalah pupuk yang mengandung N.
3.
Tepat cara, dimaksudan agar cara dalam
melakukan kegiatan pemupukan benar dan tidak sia –sia. Cara pengaplikasian
pupuk harus disesuaikan dengan jenis dan anjuran cara pengaplikasiaannya.
Misalnya, pupuk yang berbenuk granul diaplikasikan dengan cara ditebar atau
dibenamkan di dalam tanah, sedangkan pupuk cair dapat diaplikasikan dengan cara
disemprotkan.
4.
Tepat waktu, kegiatan pemupukan juga
harus memperhatikan waktu pelaksanaannya. Pemupukan harus sesuai dengan umur
tanaman dan kebutuhan akan tambahan nutrisi, misal pemupukan susulan pertama
pada 15 HST. Selain itu, waktu dalam pemupukan juga meliputi pagi atau sore
hari. Umumnya, pengaplikasian pupuk yang baik dilakukan pada pagi dan sore
hari, sebab beberapa jenis pupuk mudah menguap saat siang hari misal N.
5.
Tepat tempat, pada saat melakukan
pemupukan tempat pupuk diaplikasikan juga harus diperhatikan, apakah pupuk
tersebut diaplikasikan di permukaan tanah, di dalam tanah maupun di daun
tanaman.
Dilihat dari segi
kebutuhan unsur hara tanaman, maka pemupukan harus memperhatikan faktor
keseimbangan hara serta kaitannya dengan faktor lingkungan dan potensi tanaman
itu sendiri. Faktor tersebut dapat dijadikan sebagai pedekatan dalam melakukan
pemupukan terhadap tanaman. Adapun beberapa aspek yang diperhatikan dalam
pemupukan yang kaitannya dengan efektivitas dan efisiensi kegiatan pemupukan
(Risza, 1994).
1.
Efektivitas dan efisiensi pemupukan
tergantung dari sarana penunjangnya seperti, akses jalan, sistem pengolahan
tanah, drainase dan sistem perawatan tanaman.
2.
Efektivitas dan efisiensi pemupukan juga
tergantung dari kondisi lingkungan sekitar meliputi iklim, tanah dan topografi.
Oleh karenanya, pengetahuan mengenai lingkungan usaha pertanian harus dipahami
terutama dalam hal penyesuaian dengan pengaruh curah hujan, keadaan topografi
dan drainase sehingga dapat mendukung pemupukan.
3.
Efektivitas dan efisiensi pemupukan
tergantung dari keterampilan, disiplin dan sikap tenaga kerja dalam
melaksanakan aplikasi pemupukan. Oleh karenanya, dibutuhkan upaya peningkatan
manajemen pemupukan di lapang agar lebih baik.
2.5
Siklus Unsur Hara
Menurut Reijntjes dkk.
(1992), unsur hara dalam bentuk larutan diserap dari dalam tanah oleh akar
tanaman dan kemudian disalurkan keseluruh bagian hijau tumbuhan. Pada bagian
hijau ini, bersama dengan CO2 dari udara, digabungkan melalui proses
fotosintesis. Energi yang tanaman butuhkan dalam proses ini diperoleh dari cahaya
matahari.
Jaringan – jaringan
tumbuhan kemudian dikonsumsi oleh manusia dan hewan (herbivora) yang nantinya
akan menjadi suatu rantai makanan. Rantai makanan merupakan proses perpindahan
energi yang sebelumnya berupa unsur hara dari produsen ke konsumen I, konsumen
II dan seterusnya. Pada akhir rantai makanan, mikroorganisme pengurai (cacing
tanah, rayap jamur dan bakteri) akan mengkonsumsi kotoran dan jaringan hewan
dan tumbuhan mati sehingga membentuk tanah humus. Humus dapat memecah kembali
menjadi unsur hara yang dapat digunakan kembali oleh tanaman dalam
pertumbuhannya.
Bermacam – macam unsur
hara terlibat dalam proses siklus hara ini. Hal yang terpenting dalam siklus
hara adalah unsur hara dasar meliputi unsur makro, yaitu karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, belerang, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium, selain itu juga
terdapat unsur mikro, yaitu besi, tembaga, boron, klor, molibdenum, seng dan
mangan.
Unsur hara juga dapat
dimobilisasi atau diperoleh pada lahan pertanian dari pengrusakan atau
pemecahan batuan menjadi partikel – partikel kecil akibat hujan dan angin,
aktifitas mikoriza dan peningkatan nitrogen dari atmosfer oleh mikroorganisme
tertentu. Unsur hara diambil dari larutan tanah dan tidak lagi tersedia bagi
tumbuhan ketika bergabung dalam proses kimia dengan senyawa lain di dalam tanah
atau digunakan oleh mikroorganisme tanah sehingga tidak dimobilisasi kembali.
DAFTAR
PUSTAKA
Foth,H.D., L.M. Tunk. 1972. Fundamentals of Soil Science. Singapore: Toppan Printing Co.
Hanafiah, K.A. 2012. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Jones, U.S. 1979. Fertilizers and Soil Fertility. Virginia: Reston Publishing Co.
Lim, T.K., Luders, Y.
D. and Poffley, M. 2002. Fertilisation and Fertigation of Rambutan. Agnote, No. D37, February 2002.
Reijentjes, C., Bertus, H. dan Ann, W.B. 1992. Pertanian Masa Depan. Diterjemahkan oleh
: Elske, V.F dan Bernardus, H. 2007. Yogyakarta : Kanisius.
Risza, S. 1994. Kelapa
Sawit : Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta : Kanisius.
Seyamidjaja, D. 2000. Teh : Budidaya dan Pengelolaan Pascapanen. Yogyakarta : Kanisius.
Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tananaman sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami
Tanaman. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Winarso,S. 2005. Kesuburan
Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.Yogyakarta: Gava Media.
Yamani, Ahmad. 2010. Analisis Kadar Hara Makro dalam
Tanah pada Tanaman Agroforestri di Desa Tambun Raya Kalimantan Tengah. Hutan Tropis, 11 (30) : 37-46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar