PROSES
PERKEMBANGAN TANAH DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERTANIAN
Febby
Damairia
131510501189
ABSTRAK
Tanah memiliki peranan penting sebagai
pendukung tanaman, atau sebagai matrix tempat perakaran tumbuhan yang
menyebabkan tanaman terus dapat tumbuh. Semakin lama fungsi tersebut kondisi
tanah mengalami kendala sehingga mengalami penurunan dalam produktivitas lahan
akibat adanya kerusakan tanah maupun degradasi lahan dan sebagainya. Agar dapat
mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan memahami proses perkembangan
tanah sehingga akan dapat memahami struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik
tanah, permeabilitas tanah dan sebagainya. Melalui metode studi pustaka dapat
diketahui proses perkembangan tanah terjadi yaitu tanah muda, tanah dewasa dan
tanah tua. Proses pembentukkan tanah yaitu pengendapan yang berulang- ulang
karena adanya genangan air, proses pembentukkan tanah (Pelapukan Bahan Induk),
pencampuran bahan organik, dan perkembangan horizon. Mengetahui perkembangan
tanah dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kandungan bahan organik
tanah, warna tanah, kadar air, kedalaman tanah, dan pH tanah, dan sbagainya,
sehingga dapat mendukung dalam kegiatan pertanian.
PENDAHULUAN
Secara umum tanah
diartikan sebagai suatu media yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah
merupakan suatu produk transformasi mineral dan bahan organik yang terdapat
pada permukaan tanah hingga kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor pembentuk utama tanah yang terdiri dari bahan induk, organisme atau
jasad hidup tanah, topografi atau relief, iklim, dan waktu tertentu. Tanah
merupakan akumulasi bagian bumi yang sangat luas, dan perananya yang sangat
vital dalam kehidupan makhluk hidup, tanah berperan dalam menyediakan unsur
hara maupun air dalam tanah (Kiswoyo, 2014).
Tanah terdiri atas partikel batuan, bahan organik,
makhluk hidup, udara maupun air yang memiliki sistem 3 fase yaitu padat, cair
dan gas. Tanah terbentuk sebagai akibat
adanya proses fisik, kimia, maupun biologi yang menghasilkan lapisan berbeda
antara daerah satu dengan daerah lainnya. Perbedaan ini terlihat dalam
kenampakan vertikal tanah yang terdiri atas horizon- horizonnya yang disebut
dengan profil tanah. Pembentukan horizon-horizon tersebut dapat terjadi karena
adanya proses perkembangan tanah. Tanah dalam bidang pertanian memiliki peranan
yang sangat penting sebagai pendukung tanaman, atau sebagai matrix tempat
perakaran tumbuhan yang menyebabkan tanaman terus dapat tumbuh. Semakin lama
fungsi tersebut kondisi tanah mengalami kendala sehingga mengalami penurunan
dalam produktivitas lahan akibat adanya kerusakan tanah maupun degradasi lahan
dan sebagainya, selain itu penurunan produktivitas lahan dapat terjadi karena
kurang dapat memahami sejauh mana tanah yang digunakan tersebut berkembang.
Proses perkembangan tanah yang terjadi akan menentukan ketersediaan air,
nutrisi, bahan organik dan kemampuan perakaran dalam menembus kedalaman tanah. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi hal tersebut dapat
dilakukan dengan memahami bagaimana proses perkembangan tanah sehingga akan
dapat memahami struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik tanah,
permeabilitas tanah dan sebagainya. Sehingga dengan mengetahui proses
perkembangan tanah akan dapat membantu dan menyesuaikan dengan kebutuhan dalam
pertanian (Sembiring,2010).
METODE
Metode
yang digunakan untuk mengetahui proses perkembangan tanah dan pengaruhnya dalam
bidang pertanian dilakukan dengan cara studi pustaka. Studi pustaka dilakukan
dengan mencari beberapa literatur dari berbagai jurnal dan buku. Melalui
literatur dapat diketahui proses perkembangan dan pembentukan tanah dan
menghubungkan pengaruh proses perkembangan tanah dengan bidang pertanian.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Menurut Kartasapoetra
dan Mulyani (1987), profil tanah dapat diartikan sebagai irisan vertikal tanah
yang menunjukkan susunan tanah mulai dari lapisan permukaan tanah sampai ke
bahan induk tanah. Menurut Mega dkk., (2010), Profil tanah juga dapat diartikan
sebagai urutan/ susunan horizon yang tampak dalam anatomi tubuh tanah, yang
tersusun atas lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah
merupakan bagian dalam profil tanah yang terrbentuk sebagai akibat adanya
pembentukkan tanah (horizon A dan B). Profil tanah akan mudah diketahui dengan
melihat dan menentukan batas horizon dengan mengamati keseluruhan yang meliputi
sifat-sifatnya seperti warna, tekstur, konsisitensi, konkresi dan nodul,
pori-pori tanah, pH lapang dan sebagainya. Horison tanah merupakan lapisan
dalam tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbenuk
karena proses pembentukkan tanah.
Profil tanah dapat
dibedakan dengan melihat warna tanah, kekasaran tanah, dan keadaan kerikil dan
batuan. Perbedaan warna pada setiap horison umumnya disebabkan oleh perbedaan
kandungan bahan organik tanah, dengan kandungan bahan organik tanah yang
semakin tinggi maka warna tanah akan semakin gelap. Semakin lama berlangsungnya
proses pembentukkan tanah, tanah akan berkembang berturut-turut menjadi tanah
muda (Immature), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil) (Asfan dkk.,2012). Menurut hasil penelitian Asfan dkk., (2012),
dalam proses pembentukan tanah,
pencucian karbonat akan banyak terjadi sehingga sifat tanah banyak
dipengaruhi oleh bahan bukan kapur. Apabila kapur banyak mengandung liat maka
yang terbentuk adalah tanah berliat dan tidak permeabel. Sedangkan bila batu
kapur banyak mengandung besi maka akan terbentuk tanah merah pada daerah beriklim basah yang dapat bereaksi masam. Perkembangan tanah
merupakan suatu proses terbentuknya lapisan tanah menjadi ciri, sifat, dan
kemampuan khas bagi masing-masing jenis tanah sehingga perkembangan tanah
mengandung arti pedologis dan creatif. Proses yang terdapat dalam perkembangan
tanah seperti pembentukkan horison tanah (profil tanah), latosolisasi,
podzolisasi. Proses pembentukan tanah yang terjadi selalu akan mengalami
penambahan /additions (penambahan
air, nitrogen, bakteri pengikat N, dsb), kehilangan/ losses (air dan mineral dalam suspensi), perubahan bentuk/ transformasi (sebagai akibat banyaknya
reaksi kimia dan biologi pada dekomposisi bahan organik,dsb), dan pemindahan
lokasi/ translocation (sebagai akibat
adanya gerakan air/ organisme didalam tanah).
Sumber: google.co.id
Menurut AAK (1983) proses
perkembangan tanah yang terjadi hingga membentuk susunan tanah/ profil tanah
dapat terbentuk karena terdapat beberapa hal penting yang mempengaruhi yaitu :
1.
Pengendapan yang berulang- ulang karena
adanya genangan air.
Kecepatan aliran
genangan air yang tinggi akan dapat menyebabkan butiran kasar (pasir, kerikil,
dll) akan dapat mengendap. Sedangkan pada kecepatan aliran tidak tinggi/ tidak
mengalir dapat menyebabkan pengendapan partikel yang lebih kecil seperti debu
dan liat yang dapat diendapkan .
2.
Proses pembentukkan tanah (Pelapukan
Bahan Induk)
Perkembangan tanah dari batuan induk
yang padat menjadi bahan induk yang agak lunak yang akan membenttuk
lapisan-lapisan tanah memerlukan waktu yang lama. Proses pembentukkan tanah
dipengaruhi oleh faktor pembentuk tanah seperti iklim, batuan induk, vegetasi,
relief, manusia dan waktu tertentu. Proses pembentukkan tanah diawali dengan
adanya proses pelapukan batuan sehingga mengalami penghancurandan pelembutan.
Terjadinya pelapukkan pada tanah diakibatkan karena adanya adanya iklim
(matahari, perbedaan temperatur pada siang dan malam hari, musim hujan/ kemarau).
Proses pelapukan sendiri ada 3 macam yaitu pelapukan secara kimia, fisika
maupun biologi.
Pelapukkan fisik/ alterasi
(disintegrasi) merupakan suatu proses pemecahan dan
pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tanpa
pembentukkan mineral baru. Penyebab yang mencolok terjadinya pelapukkan fisik
adalah pergantian temperatur yang besar pada siang dan malam hari serta
pengikisan air didasar sungai dan gelombang laut yang besar disepanjang pantai.
Pelapukan fisik akan menghasilkan pecahan batuan dan mineral dengan susunan
kimia yang sama dengan batuan aslinya. Pelapukan kimia (dekomposisi) merupakan proses pelapukkan dan penguraian pecahan
batuan dan mineral dalam unsur penyusunnya yang disertai dengan pembentukkan
mineral baru. Mineral yang terjadi ketika pembentukkan tanah disebut dengan
mineral sekunder, sedangkan mineral asli disebutt mineral primer. Penyebab
utama terjadinya pelapukkan kimia adalah air yang memiliki kandungan gas
oksigen dan asam arang. Adanya pelapukkan secara kimia dipengaruhi oleh adanya
reaksi hidrolisis, hidrasi, oksidasi dan karbonasi.
Gambar 2. Pelapukan secara Kimia
Sumber : freelearningji.wordpress.com
Pelapukkan biologis
merupakan pelapukan yang disebabkan sebagai akibat adanya kegiatan tanaman
maupun hewan. Bakteri autotrof dan lumut yang mati akan menjadi bahan
organikyang juga dipegunakan tanaman sebagai bahan makanan lumut lainnya.
Perakaran tumbuhan tingkat tinggi juga membantu pelapukan dengan perakaran
tanaman yang masuk kedalam celah-celah batuan. Penguraian sisa organis oleh
mikrobia tanah menghasilkan karbondioksida asam-asam organik dan anorganik yang
meembantu mempercepat pelapukkan kimia. Adanya pelepasan senyawa khelat (asam
organik) dan molekul asam dari tanaman sehingga dapat memecahkan kandungan
alumunium dan besi batuan, ditambah lagi penetrasi akar tanaman mengakibatkan
retakkan pada batuan sehingga perlahan- lahan mampu menghancurkan batuan.
3.
Pencampuran Bahan Organik
Bahan organik dapat
diperoleh dari hewan makro ataupun mikro yang terdekomposisi dan melapuk, dan
tanaman tingkat rendah , misalnya Algae yang
kemudian sering membentuk lapisan tanah dengan horizon O. Perkembangan tanah menjadi
lebih cepat karena adanya pencampuran bahan organik dan bahan mineral pada
permukaan tanah.
4. Perkembangan Horizon
Ketiga proses diatas yang
berlangsung secara terus menerus menyebabkan terus terjadinya pelapukan tanah
sehingga semakin lama tanah akn matang. Tanah- tanah yang semakin tua/
berkembang akan memiliki lapisan horison yang semakin lengkap, demikian pula
sebaliknya. Dengan adanya perkembangan tanah semakin lama akan semakin
menunjukkan ciri/ sifat-sifat tanah yang berbeda baik secara fisik, kimia
ataupun biologi.
Gambar 5. Profil Tanah.
Menurut Mohr dan Van Baren dalam Foth
(1998) terdapat 5 tahapan perkembangan tanah yaitu :
a.
Tahap awal : bahan induk belum terkikis.
b.
Tahap yuwana : pelapukkan telah dimulai
namun sebagian besar belum terkikis.
c. Tahap dewasa : mineral yang mudah
terkikis sebagian besar telah terombak. Kandungan tanah liatnya meningkat dan
kelembutan tanah mulai terlihat.
d.
Tahap tua : perombakkan sampai pada proses
akhir dan hanya kebanyakan mineral yang paling resisten dapat bertahan.
e.
Tahap akhir : perkembangan tanah telah
selsai dan tanah telah terkikis.
Gambar
3. Perkembangan Tanah berdasarkan tingkat kematangan pelapukkan.
Sumber : google.co.id
Menurut AAK (2009), dengan mengetahui tingkat
perkembangan tanah akan membantu dalam kegiatan pertanian. Tingkat perkembangan
tanah dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kandungan bahan organik
tanah, warna tanah, kadar air, kedalaman tanah, dan pH tanah. Perkembangan
tanah yang menunjukkan warna tanah dapat menunjukkan keadaan drainase dan
aerasi yang berhubungan dengan proses oksidasi dan pencucian hara. Menurut
Pambudi dkk. (2010), mengetahui pH tanah memiliki peran yang sangat penting
dalam membantu menentukan kemampuan ionion unsur hara diseap oleh tanaman yang
secara umum mudah diserap pada kondisi pH mendekati normal (pH 6-7). Derajat pH
tanah akan menunjukkan keadaan unsur tanah yang bersifat racun bagi tanaman.
Mengetahui pH tanah akan membantu dalam mengatasi kondisi tanah yang terlalu
masam atau terlalu basa. Besarnya proses pelapukan fisik, kimia dan biologi
tanah akan memberikan sifat- sifat bagi tanah dan mempengaruhi kondisi tanah
yang berbeda. Sifat kimia tanah akan mempengaruhi adanya kadar N (nitrogen), K
(potasium) dan P (fosfor). Nitrogen akan membantu dalam memperbaiki pertumbuhan
tanaman dan pembentukkan protein. Potasium membantu dalam mempercepat perakaran
dan fosfor akan membantu dalam pembentukan sel, bunga, buah dan biji tanaman.
KESIMPULAN
Perkembangan tanah merupakan suatu
proses terbentuknya lapisan tanah menjadi ciri, sifat, dan kemampuan khas bagi
masing-masing jenis tanah sehingga perkembangan tanah mengandung arti pedologis
dan creatif. Proses pembentukkan tanah yang terjadi yaitu tanah akan berkembang
berturut-turut menjadi tanah muda (Immature),
tanah dewasa (mature soil) dan
tanah tua (old soil). Proses
pembentukan tanah yang terjadi selalu akan mengalami penambahan /additions, kehilangan/ losses, perubahan bentuk/ transformasi, dan pemindahan lokasi/ translocation. Beberapa hal penting yang
terjadi dalam proses pembentukkan tanah yaitu pengendapan yang berulang- ulang
karena adanya genangan air, proses pembentukkan tanah (Pelapukan Bahan Induk),
pencampuran bahan organik, dan perkembangan horizon. Tingkat perkembangan tanah
dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kandungan bahan organik tanah,
warna tanah, kadar air, kedalaman tanah, dan pH tanah, dan sbagainya, sehingga
dapat mendukung dalam kegiatan pertanian. Proses perkembangan yang terjadi pada
tanah akan menentukan seberapa besar pengaruh dan manfaat tanah bagi bidang
pertanian terutama dalam budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
AAK.
1983. Dasar- Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta:
Kanisius.
AAK.
2009. Budidaya Durian. Yogyakarta:
Kanisius.
Asfan.,
Kusriningrum, R.S., Sucipto, H. 2012. Identifikasi Lahan Kering Alfisol
Terdegradasi di Kabupaten Bangkalan. Rekayasa,
4(1): 1-10.
Foth,H.D.
1998. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Edisi
ke 4. Yogyakarta: UGM Press.
Kartasapoetra,dan
Mulyani,S. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kiswoyo,H.,
Zubaidah,S., Widyawati,W. 2014. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pre Nursery
Akibat Pemberian Pupuk Hayati dan Pupuk NPK pada Tanah Podsolik. Agripeat, 15(2): 99-107.
Mega,I.M.,
I.N. Dibia., I.G.P.R. Adi., T.B. Kusmuyarti. 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Denpasar : Fakultas
Pertanian Universias Udayana.
Pambudi,
D.T dan B. Hermawan. 2010. Hubungan antara Beberapa Karakteristik Fisik Lahan
dan Produksi Kelapa Sawit. Akta Agrosia, 13(1):
35-39.
Sembiring,
R.A., Seetiyo, Y., Sumiyati. 2010. Pengaruh Pemberian Kompos pada Budidaya
Tanaman Kacang Tunggak terhadap Erodibilitas Tanah. Budidaya Pertanian, 2(1): 1-9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar