SELAMAT DATANG (^_^)

Jumat, 20 November 2015

Perkembangan Tanah



PROSES PERKEMBANGAN TANAH DAN PENGARUHNYA 
TERHADAP PERTANIAN
Febby Damairia
131510501189


ABSTRAK
Tanah memiliki peranan penting sebagai pendukung tanaman, atau sebagai matrix tempat perakaran tumbuhan yang menyebabkan tanaman terus dapat tumbuh. Semakin lama fungsi tersebut kondisi tanah mengalami kendala sehingga mengalami penurunan dalam produktivitas lahan akibat adanya kerusakan tanah maupun degradasi lahan dan sebagainya. Agar dapat mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan memahami proses perkembangan tanah sehingga akan dapat memahami struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik tanah, permeabilitas tanah dan sebagainya. Melalui metode studi pustaka dapat diketahui proses perkembangan tanah terjadi yaitu tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Proses pembentukkan tanah yaitu pengendapan yang berulang- ulang karena adanya genangan air, proses pembentukkan tanah (Pelapukan Bahan Induk), pencampuran bahan organik, dan perkembangan horizon. Mengetahui perkembangan tanah dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kandungan bahan organik tanah, warna tanah, kadar air, kedalaman tanah, dan pH tanah, dan sbagainya, sehingga dapat mendukung dalam kegiatan pertanian.

PENDAHULUAN
Secara umum tanah diartikan sebagai suatu media yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah merupakan suatu produk transformasi mineral dan bahan organik yang terdapat pada permukaan tanah hingga kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai faktor pembentuk utama tanah yang terdiri dari bahan induk, organisme atau jasad hidup tanah, topografi atau relief, iklim, dan waktu tertentu. Tanah merupakan akumulasi bagian bumi yang sangat luas, dan perananya yang sangat vital dalam kehidupan makhluk hidup, tanah berperan dalam menyediakan unsur hara maupun air dalam tanah (Kiswoyo, 2014).
Tanah  terdiri atas partikel batuan, bahan organik, makhluk hidup, udara maupun air yang memiliki sistem 3 fase yaitu padat, cair dan  gas. Tanah terbentuk sebagai akibat adanya proses fisik, kimia, maupun biologi yang menghasilkan lapisan berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Perbedaan ini terlihat dalam kenampakan vertikal tanah yang terdiri atas horizon- horizonnya yang disebut dengan profil tanah. Pembentukan horizon-horizon tersebut dapat terjadi karena adanya proses perkembangan tanah. Tanah dalam bidang pertanian memiliki peranan yang sangat penting sebagai pendukung tanaman, atau sebagai matrix tempat perakaran tumbuhan yang menyebabkan tanaman terus dapat tumbuh. Semakin lama fungsi tersebut kondisi tanah mengalami kendala sehingga mengalami penurunan dalam produktivitas lahan akibat adanya kerusakan tanah maupun degradasi lahan dan sebagainya, selain itu penurunan produktivitas lahan dapat terjadi karena kurang dapat memahami sejauh mana tanah yang digunakan tersebut berkembang. Proses perkembangan tanah yang terjadi akan menentukan ketersediaan air, nutrisi, bahan organik dan kemampuan perakaran dalam menembus kedalaman tanah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan memahami bagaimana proses perkembangan tanah sehingga akan dapat memahami struktur tanah, tekstur tanah, bahan organik tanah, permeabilitas tanah dan sebagainya. Sehingga dengan mengetahui proses perkembangan tanah akan dapat membantu dan menyesuaikan dengan kebutuhan dalam pertanian (Sembiring,2010).

METODE
Metode yang digunakan untuk mengetahui proses perkembangan tanah dan pengaruhnya dalam bidang pertanian dilakukan dengan cara studi pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan mencari beberapa literatur dari berbagai jurnal dan buku. Melalui literatur dapat diketahui proses perkembangan dan pembentukan tanah dan menghubungkan pengaruh proses perkembangan tanah dengan bidang pertanian.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Kartasapoetra dan Mulyani (1987), profil tanah dapat diartikan sebagai irisan vertikal tanah yang menunjukkan susunan tanah mulai dari lapisan permukaan tanah sampai ke bahan induk tanah. Menurut Mega dkk., (2010), Profil tanah juga dapat diartikan sebagai urutan/ susunan horizon yang tampak dalam anatomi tubuh tanah, yang tersusun atas lapisan tanah (solum) dan lapisan bahan induk. Solum tanah merupakan bagian dalam profil tanah yang terrbentuk sebagai akibat adanya pembentukkan tanah (horizon A dan B). Profil tanah akan mudah diketahui dengan melihat dan menentukan batas horizon dengan mengamati keseluruhan yang meliputi sifat-sifatnya seperti warna, tekstur, konsisitensi, konkresi dan nodul, pori-pori tanah, pH lapang dan sebagainya. Horison tanah merupakan lapisan dalam tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbenuk karena proses pembentukkan tanah.
Profil tanah dapat dibedakan dengan melihat warna tanah, kekasaran tanah, dan keadaan kerikil dan batuan. Perbedaan warna pada setiap horison umumnya disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik tanah, dengan kandungan bahan organik tanah yang semakin tinggi maka warna tanah akan semakin gelap. Semakin lama berlangsungnya proses pembentukkan tanah, tanah akan berkembang berturut-turut menjadi tanah muda (Immature), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil) (Asfan dkk.,2012).  Menurut hasil penelitian Asfan dkk., (2012), dalam proses pembentukan tanah,  pencucian karbonat akan banyak terjadi sehingga sifat tanah banyak dipengaruhi oleh bahan bukan kapur. Apabila kapur banyak mengandung liat maka yang terbentuk adalah tanah berliat dan tidak permeabel. Sedangkan bila batu kapur banyak mengandung besi maka akan terbentuk tanah merah  pada daerah beriklim basah  yang dapat bereaksi masam. Perkembangan tanah merupakan suatu proses terbentuknya lapisan tanah menjadi ciri, sifat, dan kemampuan khas bagi masing-masing jenis tanah sehingga perkembangan tanah mengandung arti pedologis dan creatif. Proses yang terdapat dalam perkembangan tanah seperti pembentukkan horison tanah (profil tanah), latosolisasi, podzolisasi. Proses pembentukan tanah yang terjadi selalu akan mengalami penambahan /additions (penambahan air, nitrogen, bakteri pengikat N, dsb), kehilangan/ losses (air dan mineral dalam suspensi), perubahan bentuk/ transformasi (sebagai akibat banyaknya reaksi kimia dan biologi pada dekomposisi bahan organik,dsb), dan pemindahan lokasi/ translocation (sebagai akibat adanya gerakan air/ organisme didalam tanah).


Sumber: google.co.id
Menurut AAK (1983) proses perkembangan tanah yang terjadi hingga membentuk susunan tanah/ profil tanah dapat terbentuk karena terdapat beberapa hal penting yang mempengaruhi yaitu :
1.                  Pengendapan yang berulang- ulang karena adanya genangan air.
Kecepatan aliran genangan air yang tinggi akan dapat menyebabkan butiran kasar (pasir, kerikil, dll) akan dapat mengendap. Sedangkan pada kecepatan aliran tidak tinggi/ tidak mengalir dapat menyebabkan pengendapan partikel yang lebih kecil seperti debu dan liat yang dapat diendapkan .
2.                  Proses pembentukkan tanah (Pelapukan Bahan Induk)
Perkembangan tanah dari batuan induk yang padat menjadi bahan induk yang agak lunak yang akan membenttuk lapisan-lapisan tanah memerlukan waktu yang lama. Proses pembentukkan tanah dipengaruhi oleh faktor pembentuk tanah seperti iklim, batuan induk, vegetasi, relief, manusia dan waktu tertentu. Proses pembentukkan tanah diawali dengan adanya proses pelapukan batuan sehingga mengalami penghancurandan pelembutan. Terjadinya pelapukkan pada tanah diakibatkan karena adanya adanya iklim (matahari, perbedaan temperatur pada siang dan malam hari, musim hujan/ kemarau). Proses pelapukan sendiri ada 3 macam yaitu pelapukan secara kimia, fisika maupun biologi.
Pelapukkan fisik/ alterasi (disintegrasi)  merupakan suatu proses pemecahan dan pelembutan batuan tanpa mengalami perubahan susunan kimia dan tanpa pembentukkan mineral baru. Penyebab yang mencolok terjadinya pelapukkan fisik adalah pergantian temperatur yang besar pada siang dan malam hari serta pengikisan air didasar sungai dan gelombang laut yang besar disepanjang pantai. Pelapukan fisik akan menghasilkan pecahan batuan dan mineral dengan susunan kimia yang sama dengan batuan aslinya. Pelapukan kimia (dekomposisi) merupakan proses pelapukkan dan penguraian pecahan batuan dan mineral dalam unsur penyusunnya yang disertai dengan pembentukkan mineral baru. Mineral yang terjadi ketika pembentukkan tanah disebut dengan mineral sekunder, sedangkan mineral asli disebutt mineral primer. Penyebab utama terjadinya pelapukkan kimia adalah air yang memiliki kandungan gas oksigen dan asam arang. Adanya pelapukkan secara kimia dipengaruhi oleh adanya reaksi hidrolisis, hidrasi, oksidasi dan karbonasi.

Gambar 2. Pelapukan secara Kimia

Pelapukkan biologis merupakan pelapukan yang disebabkan sebagai akibat adanya kegiatan tanaman maupun hewan. Bakteri autotrof dan lumut yang mati akan menjadi bahan organikyang juga dipegunakan tanaman sebagai bahan makanan lumut lainnya. Perakaran tumbuhan tingkat tinggi juga membantu pelapukan dengan perakaran tanaman yang masuk kedalam celah-celah batuan. Penguraian sisa organis oleh mikrobia tanah menghasilkan karbondioksida asam-asam organik dan anorganik yang meembantu mempercepat pelapukkan kimia. Adanya pelepasan senyawa khelat (asam organik) dan molekul asam dari tanaman sehingga dapat memecahkan kandungan alumunium dan besi batuan, ditambah lagi penetrasi akar tanaman mengakibatkan retakkan pada batuan sehingga perlahan- lahan mampu menghancurkan batuan.
3.             Pencampuran Bahan Organik
Bahan organik dapat diperoleh dari hewan makro ataupun mikro yang terdekomposisi dan melapuk, dan tanaman tingkat rendah , misalnya Algae yang kemudian sering membentuk lapisan tanah dengan horizon O. Perkembangan tanah menjadi lebih cepat karena adanya pencampuran bahan organik dan bahan mineral pada permukaan tanah.
4.               Perkembangan Horizon
          Ketiga proses diatas yang berlangsung secara terus menerus menyebabkan terus terjadinya pelapukan tanah sehingga semakin lama tanah akn matang. Tanah- tanah yang semakin tua/ berkembang akan memiliki lapisan horison yang semakin lengkap, demikian pula sebaliknya. Dengan adanya perkembangan tanah semakin lama akan semakin menunjukkan ciri/ sifat-sifat tanah yang berbeda baik secara fisik, kimia ataupun biologi.

Gambar 5. Profil Tanah.

          Menurut Mohr dan Van Baren dalam Foth (1998) terdapat 5 tahapan perkembangan tanah yaitu :
a.         Tahap awal : bahan induk belum terkikis.
b.        Tahap yuwana : pelapukkan telah dimulai namun sebagian besar belum terkikis.
c.       Tahap dewasa : mineral yang mudah terkikis sebagian besar telah terombak. Kandungan tanah liatnya meningkat dan kelembutan tanah mulai terlihat.
d.         Tahap tua : perombakkan sampai pada proses akhir dan hanya kebanyakan mineral yang paling resisten dapat bertahan.
e.         Tahap akhir : perkembangan tanah telah selsai dan tanah telah terkikis.

     

Gambar 3. Perkembangan Tanah berdasarkan tingkat kematangan pelapukkan.
Sumber : google.co.id 

 Menurut AAK (2009), dengan mengetahui tingkat perkembangan tanah akan membantu dalam kegiatan pertanian. Tingkat perkembangan tanah dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kandungan bahan organik tanah, warna tanah, kadar air, kedalaman tanah, dan pH tanah. Perkembangan tanah yang menunjukkan warna tanah dapat menunjukkan keadaan drainase dan aerasi yang berhubungan dengan proses oksidasi dan pencucian hara. Menurut Pambudi dkk. (2010), mengetahui pH tanah memiliki peran yang sangat penting dalam membantu menentukan kemampuan ionion unsur hara diseap oleh tanaman yang secara umum mudah diserap pada kondisi pH mendekati normal (pH 6-7). Derajat pH tanah akan menunjukkan keadaan unsur tanah yang bersifat racun bagi tanaman. Mengetahui pH tanah akan membantu dalam mengatasi kondisi tanah yang terlalu masam atau terlalu basa. Besarnya proses pelapukan fisik, kimia dan biologi tanah akan memberikan sifat- sifat bagi tanah dan mempengaruhi kondisi tanah yang berbeda. Sifat kimia tanah akan mempengaruhi adanya kadar N (nitrogen), K (potasium) dan P (fosfor). Nitrogen akan membantu dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman dan pembentukkan protein. Potasium membantu dalam mempercepat perakaran dan fosfor akan membantu dalam pembentukan sel, bunga, buah dan biji tanaman.

KESIMPULAN
Perkembangan tanah merupakan suatu proses terbentuknya lapisan tanah menjadi ciri, sifat, dan kemampuan khas bagi masing-masing jenis tanah sehingga perkembangan tanah mengandung arti pedologis dan creatif. Proses pembentukkan tanah yang terjadi yaitu tanah akan berkembang berturut-turut menjadi tanah muda (Immature), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil). Proses pembentukan tanah yang terjadi selalu akan mengalami penambahan /additions, kehilangan/ losses, perubahan bentuk/ transformasi, dan pemindahan lokasi/ translocation. Beberapa hal penting yang terjadi dalam proses pembentukkan tanah yaitu pengendapan yang berulang- ulang karena adanya genangan air, proses pembentukkan tanah (Pelapukan Bahan Induk), pencampuran bahan organik, dan perkembangan horizon. Tingkat perkembangan tanah dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur kandungan bahan organik tanah, warna tanah, kadar air, kedalaman tanah, dan pH tanah, dan sbagainya, sehingga dapat mendukung dalam kegiatan pertanian. Proses perkembangan yang terjadi pada tanah akan menentukan seberapa besar pengaruh dan manfaat tanah bagi bidang pertanian terutama dalam budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Dasar- Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.

AAK. 2009. Budidaya Durian. Yogyakarta: Kanisius.

Asfan., Kusriningrum, R.S., Sucipto, H. 2012. Identifikasi Lahan Kering Alfisol Terdegradasi di Kabupaten Bangkalan. Rekayasa, 4(1): 1-10.

Foth,H.D. 1998. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Edisi ke 4. Yogyakarta: UGM Press.

Kartasapoetra,dan Mulyani,S. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.

Kiswoyo,H., Zubaidah,S., Widyawati,W. 2014. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pre Nursery Akibat Pemberian Pupuk Hayati dan Pupuk NPK pada Tanah Podsolik. Agripeat, 15(2): 99-107.

Mega,I.M., I.N. Dibia., I.G.P.R. Adi., T.B. Kusmuyarti. 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Denpasar : Fakultas Pertanian Universias Udayana.

Pambudi, D.T dan B. Hermawan. 2010. Hubungan antara Beberapa Karakteristik Fisik Lahan dan Produksi Kelapa Sawit. Akta Agrosia, 13(1): 35-39.

Sembiring, R.A., Seetiyo, Y., Sumiyati. 2010. Pengaruh Pemberian Kompos pada Budidaya Tanaman Kacang Tunggak terhadap Erodibilitas Tanah. Budidaya Pertanian, 2(1): 1-9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar